THE OTHER SIDE OF GUNUNG PADANG
(First Series)
SISI LAIN GUNUNG PADANG
(seri pertama)
Situs Megalitikum Gunung Padang saat
sekarang masih terus digali keberadaannya, karena tidak semua sisi fisiknya terkuak
untuk dipelajari dan diteliti. Perlu waktu dan proses yang cukup panjang.
Karena tidak semua penemuan peradaban masa lalu, akan dengan mudah digali
kemudian dipublikasikan menjadi berita aktual. Gunung Padang dengan segala
sudut kemistikannya, sangat menggugah bagi para pengamat kebatinan.
Berdasarkan hasil wawancara
penulis pada tanggal 14-15 Mei 2016
bersama juru pelihara atau
Juru Kunci Gunung Padang Bapak Nanang, (Widjaja, 2016) mengatakan, Gunung Padang punya arti Bukit
Cahaya atau Bukit Penerang, artinya yang menjadi sumber cahaya atau penerangan
bagi masyarakat sekitarnya. Selain itu sebagai inti pusat kehidupan. Artinya
Disebut pusat kehidupan dikarenakan berada di tengah pegunungan dan perbukitan,
seperti Gunung Gede-Pangrango, Gunung Pasir Baluh, Gunung Batu, Gunung
Gede-Pangrango, dan Bukit Ciwangun. Sehingga Gunung Padang memiliki makna “Niti
Taraje Nincak Hambalang”yang diturun-temurunkan dari para leluhur, mempunyai
arti “ kehidupan ini tidak bisa instan, harus berjalan bertahap ada prosesnya
apabila minta petunjuk. seperti berdoa, berikhtiar, baru apa yang diinginkan
bisa didapatkan dengan hati dan berdoalah ke Tuhan YME, jangan puja batunya
atau gunungnya.
Dari sisi ilmu
kebatinan Gunung Padang menyimpan mistik,
dan hal ini menarik masyarakat untuk datang ke sana, tentunya dengan tujuan
tertentu. Seingat penulis Juru Pelihara pernah menyampaikan, masyarakat yang
datang, adalah orang-orang yang mempunyai kepentingan khusus, seperti minta rejeki,
minta kekayaan, minta kepangkatan, minta usahanya maju dan minta ketenaran. Dengan
menganalisis permintaan orang-orang yang datang ke Gunung Padang, maka
terkuaklah permintaan berdasarkan profesi. Seperti profesi pedagang, orang
bekerja berdasarkan pangkat, golongan, bahkan ada selebritis. Sungguh luar
biasa gaung aura mistik dari Gunung Padang ini.
Pada saat penulis datang
ke Gunung Padang, dengan harapan bisa bertemu dengan salah satu orang yang akan
meminta-minta. akhirnya bersyukurlah ternyata harapan penulis terpenuhi. Memang
sedang rejekinya penulis, sehingga dapat ide tulisan ini. Di sana ada
sekelompok orang mengelilingi tumpukan
batu yang di ujung lokasinya. Owh ternyata disanalah tempatnya untuk meminta,
dengan menyalakan dupa berbentuk
piramida dengan ukuran 3 cm, yang ditaruh disetiap sudut tumpukan batu, menurut
Juru Pelihara tempat untuk meminta adalah konon tempat kuburannya Prabu
Siliwangi.
Dian-diam penulis mencoba
mendekati, walaupun akhirnya mereka seperti terganggu dengan suara sepatu penulis,
dan akhirnya penulis menyampaikan salam
kepada mereka yang sedang duduk bersimpuh. Mereka menyambut dengan tersenyum
ramah dan mengangguk, kemudian mempersilahkan penulis untuk duduk bersama mereka.
Selanjutnya mereka meneruskan tirakat-nya, samar-samar terdengar suara mereka
seperti berbisik tepatnya. Menurut juru pelihara, tirakat dalam ritual yang
mereka suarakan, dengan menggunakan bahasa Sunda yang halus, intinya mereka
memohon kepada Tuhan melalui halusnya Prabu Siliwangi. Apabila tirakat mereka
berhasil dengan ditandai keluarnya seberkas cahaya warna kuning, yang kemudian
akan keluar dari tempat tumpukan batu yang mereka sajenkan, menuju ke tumpukan
batu agak jauh ke depan, yaitu tumpukan batu singasana Prabu Siliwangi. Apabila
tidak keluar cahaya kuning tersebut, maka ritual mereka dianggap gagal, belum
dipenuhi permintaan atau permohonannya, dan mereka akan mngulang lagi minggu
depan, begitu seterusnya, pokoknya mesti ada keluar sinar cahaya dari tumpukan
batu. Kejadian keluarnya seberkas cahaya warna kuning, sekitar Pukul 2 atau 3
pagi. Waah sayang sekali peristiwanya pagi-pagi buta, artinya harus menginap di
Gunung Padang nih, sedangkan penulis tidak siap untuk menginap, ingin sekali
rasanya menginap di sana untuk melihat kejadian tersebut, tapi tanpa persiapan
menginap, bisa-bisa menggigil kedinginan, penulis ingin membuktikan apakah
benar ada kejadian seperti itu.
DAFTAR PUSTAKA
Widjaja, Hinijati. 2016. Megalithic Landscape in the Site of Gunung Padang, Analysis of
Environmental Studies. Volume. 5,
Issue. 11 , November – 2016 IJERTV5IS110285,ISSN. 2278-0181. www.ijert.org.Publication ESRSA
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar