Social Icons

Sabtu, 04 November 2017

THE OTHER SIDE OF GUNUNG PADANG (First Series)







THE OTHER SIDE OF GUNUNG PADANG  
(First Series)
SISI LAIN GUNUNG PADANG
(seri pertama)




Situs Megalitikum Gunung Padang saat sekarang masih terus digali keberadaannya, karena tidak semua sisi fisiknya terkuak untuk dipelajari dan diteliti. Perlu waktu dan proses yang cukup panjang. Karena tidak semua penemuan peradaban masa lalu, akan dengan mudah digali kemudian dipublikasikan menjadi berita aktual. Gunung Padang dengan segala sudut kemistikannya, sangat menggugah bagi para pengamat kebatinan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis  pada tanggal 14-15 Mei 2016 bersama juru pelihara  atau Juru Kunci Gunung Padang Bapak Nanang, (Widjaja, 2016) mengatakan, Gunung Padang punya arti Bukit Cahaya atau Bukit Penerang, artinya yang menjadi sumber cahaya atau penerangan bagi masyarakat sekitarnya. Selain itu sebagai inti pusat kehidupan. Artinya Disebut pusat kehidupan dikarenakan berada di tengah pegunungan dan perbukitan, seperti Gunung Gede-Pangrango, Gunung Pasir Baluh, Gunung Batu, Gunung Gede-Pangrango, dan Bukit Ciwangun. Sehingga Gunung Padang memiliki makna “Niti Taraje Nincak Hambalang”yang diturun-temurunkan dari para leluhur, mempunyai arti “ kehidupan ini tidak bisa instan, harus berjalan bertahap ada prosesnya apabila minta petunjuk. seperti berdoa, berikhtiar, baru apa yang diinginkan bisa didapatkan dengan hati dan berdoalah ke Tuhan YME, jangan puja batunya atau gunungnya.

Dari sisi ilmu kebatinan  Gunung Padang menyimpan mistik, dan hal ini menarik masyarakat untuk datang ke sana, tentunya dengan tujuan tertentu. Seingat penulis Juru Pelihara pernah menyampaikan, masyarakat yang datang, adalah orang-orang yang mempunyai kepentingan khusus, seperti minta rejeki, minta kekayaan, minta kepangkatan, minta usahanya maju dan minta ketenaran. Dengan menganalisis permintaan orang-orang yang datang ke Gunung Padang, maka terkuaklah permintaan berdasarkan profesi. Seperti profesi pedagang, orang bekerja berdasarkan pangkat, golongan, bahkan ada selebritis. Sungguh luar biasa gaung aura mistik dari Gunung Padang ini.

Pada saat penulis datang ke Gunung Padang, dengan harapan bisa bertemu dengan salah satu orang yang akan meminta-minta. akhirnya bersyukurlah ternyata harapan penulis terpenuhi. Memang sedang rejekinya penulis, sehingga dapat ide tulisan ini. Di sana ada sekelompok  orang mengelilingi tumpukan batu yang di ujung lokasinya. Owh ternyata disanalah tempatnya untuk meminta, dengan menyalakan  dupa berbentuk piramida dengan ukuran 3 cm, yang ditaruh disetiap sudut tumpukan batu, menurut Juru Pelihara tempat untuk meminta adalah konon tempat kuburannya Prabu Siliwangi.

Dian-diam penulis mencoba mendekati, walaupun akhirnya mereka seperti terganggu dengan suara sepatu penulis, dan akhirnya penulis  menyampaikan salam kepada mereka yang sedang duduk bersimpuh. Mereka menyambut dengan tersenyum ramah dan mengangguk, kemudian mempersilahkan penulis untuk duduk bersama mereka. Selanjutnya mereka meneruskan tirakat-nya, samar-samar terdengar suara mereka seperti berbisik tepatnya. Menurut juru pelihara, tirakat dalam ritual yang mereka suarakan, dengan menggunakan bahasa Sunda yang halus, intinya mereka memohon kepada Tuhan melalui halusnya Prabu Siliwangi. Apabila tirakat mereka berhasil dengan ditandai keluarnya seberkas cahaya warna kuning, yang kemudian akan keluar dari tempat tumpukan batu yang mereka sajenkan, menuju ke tumpukan batu agak jauh ke depan, yaitu tumpukan batu singasana Prabu Siliwangi. Apabila tidak keluar cahaya kuning tersebut, maka ritual mereka dianggap gagal, belum dipenuhi permintaan atau permohonannya, dan mereka akan mngulang lagi minggu depan, begitu seterusnya, pokoknya mesti ada keluar sinar cahaya dari tumpukan batu. Kejadian keluarnya seberkas cahaya warna kuning, sekitar Pukul 2 atau 3 pagi. Waah sayang sekali peristiwanya pagi-pagi buta, artinya harus menginap di Gunung Padang nih, sedangkan penulis tidak siap untuk menginap, ingin sekali rasanya menginap di sana untuk melihat kejadian tersebut, tapi tanpa persiapan menginap, bisa-bisa menggigil kedinginan, penulis ingin membuktikan apakah benar ada kejadian seperti itu.


DAFTAR PUSTAKA
Widjaja, Hinijati. 2016. Megalithic Landscape in the Site of Gunung Padang, Analysis of Environmental Studies. Volume. 5, Issue. 11 , November – 2016 IJERTV5IS110285,ISSN. 2278-0181. www.ijert.org.Publication ESRSA


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Number visiter