Social Icons

Sabtu, 04 November 2017

THE OTHER SIDE OF GUNUNG PADANG (second series)







THE OTHER SIDE OF GUNUNG PADANG
 (second series)

SISI LAIN GUNUNG PADANG
(seri kedua)



Situs Megalitikum Gunung Padang yang ada di puncak bukit, dapat dicapai dengan dua jalan. Satu jalan agak terjal dengan pijakan bilahan batu andesit megalithikum, dan jalan satunya lagi dibuat agak landai terbuat dari semen cor, dibuatnya jalan kedua ini, untuk dilalui Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongan, dalam tinjauan kenegaraan ketika baru ditemukakannya Situs Gunung Padang. Lokasi situs ada di perbatasan Dusun Gunung padang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Asal mula dinamakannya Gunung Padang, berdasarkan kata “padang” berasal dari beberapa suku kata, yaitu :
– Pa = Tempat
– Da = Besar/gede/agung/raya
– Hyang =Eyang/moyang/biyang/leluhur agung

Jadi arti kata “Padang” itu adalah Tempat Agung para Leluhur atau boleh jadi maknanya Tempat para Leluhur Agung. Situs Megalitikum Gunung Padang diperkirakan dibangun pada 2000 SM atau sekitar 2.800. Puncak Situs Gunung Padang terdiri atas lima teras (tingkatan) sebagai berikut:
1. Teras pertama (1st terrace) berada pada ketinggian 983 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 335° UT,
2. Teras kedua (2nd terrace) berada pada ketinggian 985 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 337° UT,
3. Teras ketiga (3rd terrace) berada pada ketinggian 986 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 335° UT,
4. Teras keempat (4th terrace) berada pada ketinggian 987,5 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 330° UT,
5. Teras kelima (5th terrace) berada pada ketinggian 989 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 345° UT.
(Sumber: Wikipedia. Diakses online pada Tanggal 4 Oktober 2017, Pukul 19.00 WIB).

Mencapai puncak Gunung Padang tidaklah mudah, karena harus melalui 5(lima) pundan berundak  sampai ketinggian 989 m dpl. Tetapi bagi yang mempunyai niat untuk meminta,  atau ada permohonan yang akan diminta di Gunung Padang dengan ketinggian seperti itu tidak menjadi masalah. Buktinya pada saat penulis mengunjungi Gunung Padang, ada wanita cantik yang mendaki ke puncak, dengan  memakai heel (mungkin) demi sebuah tujuan. apapun akan ditempuh. Benar saja perkiraan penulis, sesudah sampai di puncak Gunung Padang si wanita yang memakai heel berkerudung hitam, langsung menuju ke arah tumpukan batu yang ada di belakang, yang saat itu sedang ada ritual dari beberapa rombongan laki-laki di sana. Ketika penulis tanya ke Juru Pelihara, barulah menyadari ternyata si wanita itu termasuk rombongan beberapa laki-laki yang berpakaian hitam-hitam, yang sedang melakukan tirakat.

Singkat kata dengan rasa penasaran penulis akhirnya bertanya (yaah sedikit kepo-lah) sebagai berikut:

“Pak Nanang wanita yang berkerudung hitam dan cantik itu siapa?” Tanya penulis penuh selidik.
“Yaah begitulah bu, itu kan rombongan orang yang sedang punya maksud tertentu, kalau tidak salah  wanita cantik itu sudah beberapa kali ke sini, melakukan ritual bersama rombongannya, yang saya dengar itu artis bu”, Jawab Pak Nanang si Juru Pelihara tersebut.
“Koq artis bisa minta ke Gunung Padang yah, wanita itu sudah cantik pak dan masih muda lagi,ngapain?” Selidik penulis sambil mengernyitkan dahi.
“Bukan hanya  wanita muda itu saja bu yang ke sini, banyak yang ke sini dengan tujuan ketenaran, pangkat ataupun penglaris.Ibu tahu artis D*rc* yang serba bisa itu, yang sering tanpil di tipi, dia itu sering tirakat di sini. Dari mulai belum terkenal sampai dikenal masyarakat luas, dari agak susah menjadi kaya raya tuh artis. Makanya maklumlah bu kalau di sini ada orang-orang yang seperti itu”, Jelas Pak Nanang dengan panjang lebar.
“Apa saja sih pak yang dibawa untuk melakukan ritual di Gunung Padang?”, Tanya penulis lebih lanjut lagi.
“Tergantung permintaannya, ada yang membawa cerutu isinya kemenyan, dupa dengan bentuk segitiga, ataupun membawa umboh rampe segala kembang tujuh rupa, kopi pahit, ataupun berbentuk makanan”, Tukas Pak Nanang dengan lancarnya menjelaskan.
“Terus doa-doanya seperti apa pak?, apakah ditujukan ke Prabu Siliwangi? Yang katanya sakti madraguna”, Tanya penulis lebih lanjut, karena untuk menuntaskan rasa penasaran yang semakin menggunung.
“Waduh bu, kalau untuk doa-doanya saya tidak boleh memberikan ke orang yang tidak punya niat meminta di sini, ada koq doa-doa khusus untuk tirakatan, kalau ibu ada niat mau minta, barulah kita membicarakan lebih lanjut, pasti akan saya jelaskan, sejelas-jelasnya agar ibu mengerti dan bisa melakukan tirakat yang sesuai aturan di sini”, Jawab Juru Pelihara, dengan gerakan tubuh membalikkan badan dan berjalan perlahan-lahan, dengan arah semakin menjauh dari penulis.
“Pak……Pak Nanang berapakah biaya untuk acara ritual tersebut, kalau saya berminat akan saya siapkan”. Tanya penulis agak mendesak.
“Nanti saja bu, kalau benar-benar niat, ibu bisa menjumpai saya di sini”, Jawab Pak Nanang dari kejauhan.

Memang menjelang sore sekitar pukul 17.40 WIB, suasana di puncak Gunung Padang mulai sepi dari pengunjung, mulai pengunjung anak-anak kecil sampai emak-emak yang mengendong bayi, mulai menuruni pundak berundak satu demi satu, yang tinggal hanya beberapa orang termasuk penulis. Suasana di puncak bukit semakin teduh, angin mulai bertiup agak kencang, daun dan ranting pohon mulai bergesekan, dan kabut mulai menyelimuti puncak bukit Gunung Padang, menambah suasana sunyi. Sedangkan di pojok puncak bukit, dupa semakin banyak  bertebaran dihampar dan dinyalakan, sehingga aroma dupa terbawa angin, semakin menambah suasana mistik.

Gunung Padang yang merupakan situs peninggalan pada jaman Megalithikum, masih ada di sana, menyimpan kesunyian dan cerita peradaban masa lalu yang sulit dikuak misterinya.

DAFTAR PUSTAKA
Widjaja, Hinijati. 2016. Megalithic Landscape in the Site of Gunung Padang, Analysis of Environmental Studies. Volume. 5, Issue. 11 , November – 2016 IJERTV5IS110285,ISSN. 2278-0181. www.ijert.org.Publication ESRSA. Diakses online pada Tanggal 4 Oktober 2017, Pukul 15.55 WIB)
Wikipedia. Diakses online pada Tanggal 4 Oktober 2017, Pukul 19.00 WIB


*****

2 komentar:

  1. Baru tau ada gunung yg namanya gunung padang

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya namanya Gunung Pdang, padahal hanya bukit. datang dan tinjaulah Gunung Pdang, tempatnya menarik, hijau mempunyai nilai sejarah peradaban jaman megalithicu.
      semoga mempunyai pikiran yang sama dengan penulis, bagaimana caranya batu-batu yang besar dan mungkin puluhan ton bisa ada di atas bukit >,>

      Hapus

Number visiter