DAHSYATNYA
KULINER KOTA TANGERANG
(ADA
DI PECINAN)
Tangerang
merupakan salah satu kota yang letaknya berdekatan dengan Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, dan termasuk salah satu kota terbesar di Provinsi Banten. Seiring
berjalannya waktu kota Tangerang tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Kota
Tangerang memiliki luas wilayah 164.54 km2 Termasuk luas Bandara Soekarno Hatta
seluas 19,69 km (www.KotaTangerang.go.id, 2010). Dari luas tersebut pertumbuhan
fisik kota ditandai kawasan terbangun kota, yaitu seluas 10.127,231 Ha (57,12%
dari luas keseluruhan kota) dengan penggunaan lahan tertinggi sebagai kawasan
permukiman seluas 5.988,2 Ha (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Tangerang 2008). Berdasarkan hasil sensus penduduk dari BPS Kota Tangerang
Tahun 2016 jumlah penduduk Kota Tangerang yaitu 1.797.715 orang. Kota
Tangerang merupakan kota yang strategis,
apabila dilihat dari posisi kota Tangerang yang dilalui sungai Cisadane, dan
mempunyai 2 (dua) akses untuk menuju ke Bandara Nasional dan Internasional
Soekarno Hatta. (Sumber: Hinijati, 2017)
Apabila kita
membahas Kota Tangerang, kita tidak akan lepas wisata kulinernya. Kuliner yang
ada di Tangerang mempunyai ciri-ciri
tersendiri, dan merupakan kuliner khas masyarakat Tionghoa Tangerang, berada di
Pasar Lama, tentu bagi yang belum pernah ke sana, pasti akan bertanya-tanya.
Penulis pernah kenalan dengan ibu-ibu dari Kawasan Taman Kota Jakarta Barat
yang ingin kuliner di Kota Tangerang, dengan memakai moda kereta api, dari
kenalan tersebut penulis akhirnya bersedia mengantarkan 6 (enam) orang
emak-emak ke pusat kuliner Pasar Lama. Carilah
makanan khas di Pasar Lama, yang merupakan kota tua Tangerang, letaknya
berdekatan dengan moda kereta api, jadi bagi warga Jakarta, bisa datang kapan
saja untuk menikmati makanan khas Kota Tangerang tersebut, karena terhubung
dengan berbagai transportasi. Sangat
mudah koq untuk menuju ke sana. Pokoknya tidak perlu takut nyasar.
Adapun
makanan khas kuliner kota Tangerang menurut penulis enak dan harga merakyat, antara
lain:
1.
Laksa (harga seporsi Rp. 10.000,- - Rp. 15.000,-)
2.
Toge Goreng (harga seporsi Rp. 10.000,- - Rp. 15.000,-)
3.
Ketupat Benteng (harga seporsi Rp. 10.000,- - Rp. 15.000,-)
4.
Nasi Ulam (harga seporsi Rp. 10.000,- - Rp. 15.000,-)
5.
Asinan Benteng (harga seporsi Rp. 20.000,-)
6.
Sambal Godok (harga seporsi Rp. 30.000,- ), makanan langka jarang ada yang buat, kalaupun ada pasti ada hubungannya dengan waktu sembahyangnya masayakar Tionghoa
7.
Kue Jejongkong (harga seporsi Rp. 7.000,-)
8.
Kue Jorong (harga seporsi Rp. 7.000,- )
9.
Kue Keranjang (harga seporsi Rp. 20.000,- - Rp. 65.000,- tergantung merknya)
10.
Kue Talam (harga satuan Rp. 2.000,- )
11.
Kue Pepe (harga satuan Rp. 3.000,- ) yang ahlinya sudah meninggal, tanpa mewariskan ke anak cucunya
12.
Kue Apem (harga satuan Rp. 2.000,- )
13.
Kue Putu Mayang (harga seporsi Rp 10.000,- )
14.
Kue Cecorot (harga satuan Rp. 2500,- )
15.
Kue Ongol-ongol (harga satuan Rp. 5.000,- )
16.
Opak gula Jawa (harga satuan Rp. 10.000,- )
17. Kue lengko (harga satuan Rp. 15.000,-) makanan langka jarang ada yang buat, yang penulis ketahui, kadang-kadang ada yang menjual pada hari Minggu pagi saja
17. Kue lengko (harga satuan Rp. 15.000,-) makanan langka jarang ada yang buat, yang penulis ketahui, kadang-kadang ada yang menjual pada hari Minggu pagi saja
Hanya nama jenis makanan yang seperti di atas yang bisa penulis rekomendasikan.
Memang banyak makanan yang ada yang kadang-kadang di tempelkan merk buatan
Tangerang. Di atas adalah makanan yang benar-benar khas Tangerang yang penulis
sering jumpai dari kecil sampai setengah abad. Bagaimana kita bisa mendapatkan
makanan dan kue khas kuliner Tangerang tersebut? Datang saja ke Pasar Lama di
pusat kotanya Tangerang atau daerah pecinan Tangerang. Dari situ bisa dicari ke
sana kemari, yang penting bawa uang yang banyak untuk menikmati makanan
tersebut.
Oiya cerita
6 (enam) orang emak-emak yang tadi penulis sampaikan, dimana penulis menjadi
guide bagi mereka. Pertama penulis ajak makan laksa, dari enam orang, mereka
hanya beli 3 piring dengan alasan satu piring makan berdua. Kemudian penulis
ajak makan kue apem, kue putung mayang, kue pepe, kue cecorot, kue talam dan
kue jongkong. Kata emak-emak tersebut, “Enak banget yah kue-nya, terasa banget
gurih dan lezatnya, koq bisa beda dengan di tempat yang lain?”, penulis jawab,
“Terang beda-lah ini kan resepnya dibuat turun temurun, dari satu generasi ke
generasi lainnya, tapi tetap dipantau tetuanya semasih tetuanya hidup pada saat
pembuatannya, banyak penjual yang memproduksi juga dengan kue atau makanan yang
sama, tetapi tetap saja lebih enak yang penjual aslinya, apalagi nenek-neneknya
yang membuatnya masih hidup, tentu lebih enak”.
Setelah
mencoba kue, dan ada yang di bungkus untuk di bawa pulang. Penulis mengajak ke
tempat lain, untuk mencicipi makanan lain, akhirnya terpilihlah makanan ketupat.
Ciri makanan ketupat di Tangerang, adalah pakai
santan seperti sambal godok, di dalamnya pakai tempe diiris kecil-kecil,
tanpa sayur labu. dimakan dalam kondisi panas, wow enaknya dahsyat sekali, pokoknya akan ketagihan. Itu adalah makanan kesukaan penulis sejak kecil sampai
sekarang. Okey apabila ada yang mau ke sana ayukk berkuliner di pecinan pusat
Kota Tangerang. yang penting jangan lupa bawa uang sekitar 60 ribu saja, cukup koq, karena makanan di sana tidak terlalu mahal, apalagi jenis makanan yang telah disebutkan di atas. apabila ada makanan jenis lain, itu adalah makanan yang ngaku-ngaku makanan asli Kota Tangerang, sebenarnya bukan asli kulinernya Kota Tangerang.
DAFTAR PUSTAKA
Widjaja, Hinijati. 2017. Kajian Elemen Lanskap Street Furniture Di Lingkungan Bantaran Sungai Cisadane
Dan Jalur Neglasari Di Kota Tangerang.
Prosiding SNST ke-8 Tahun 2017, Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim,
Semarang